"KESULITAN AKAN MENJADIKAN KITA BIJAK, TAPI TIDAK AKAN MENJADIKAN KITA SEJAHTERA JIKA KITA TIDAK MENGGUNAKANNYA SEBAGAI PELAJARAN UNTUK MEMUDAHKAN KEHIDUPAN ORANG LAIN."

Senin, 14 Februari 2011

Motivasi Sebagai Mahasiswa Baru

Suatu motivasi sangatlah dibutuhkan bagi setiap orang. Motivasi adalah sebagai penunjang semangat, harapan, dan cita-cita agar seseorang mampu meraih sebuah pencapaian. Segala sesuatunya akan menjadi baik jika hal yang dilakukannya baik pula. Dengan motivasi manusia akan bersemangat untuk meraih apa yang ingin diraihnya dan tidak menyerah akan apa yang dihadapinya.
Sebagai mahasiswa baru ini, sudah pasti kita akan mengalami perubahan lingkungan yang sangat signifikan antara sebagai mahasiswa dan sebagai siswa. Perbedaaan inilah yang terkadang membuat mahasiswa ini menjadi menyerah, bimbang, dan sampai di suatu proses mencapai putus asa. Semua manusia pasti tidak ingin mencapai tahap sebagai putus asa. Oleh karena itu dibutuhkanlah suatu wadah untuk menginspirasikan atau memotivasikan para mahasiswa tersebut.
Perbedaan yang mencolok antara mahasiswa dan siswa adalah mahasiswa harus melayani dirinya sendiri dengan secara mandiri, sangat contrast dengan siswa yang masih sangat dibimbing oleh guru. Biasanya yang menjadi perhatian besar mahasiswa adalah takut akan apa yang akan terjadi di masa depannya pada dirinya. Banyak mahasiswa yang cemas akan masa depannya. Itu yang banyak menyebabkan mahasiswa ini menjadi gagal akan suatu proses yakni berkembang.
Sebenarnya itu bukanlah suatu hal yang harus ditakuti, karena semua manusia akan mengalami suatu proses yang disebut berkembang. Manusia yang menghadapi masalah di dunia Sekolah Dasar akan berbeda dengan manusia yang menghadapi masalah di dunia SMA, dan masih banyak yang kita bisa ambil contoh yang lainnya. Dengan suatu masalah manusia tersebut akan berkembang, akan berkembang menjadi yang baik atau berkembang menjadi yang buruk. Itu semua tergantung manusia tersebut bagaimana menanggapinya.
Seharusnya jika mendapat suatu masalah bukannya kita harus menanggapinya sebagai suatu musibah atau bencana. Tetapi seharusnya suatu hikmah yang baik untuk kita. Kita bisa mengambil konteks arti dari masalah sebagai “suatu hikmah yang kita tidak sukai”. Dengan menganggap masalah sebagai hikmah, kita dapat menjadi manusia yang berkembang secara baik.
Untuk mencapai mahasiswa yang sukses kita harus mengembangkan potensi diri kita. Potensi diri kita akan berkembang jika kita menjalani 3 tahap yang sukses.
Yang pertama adalah Ubah lingkungan. Dimanapun kita berada kita harus selalu ubah lngkungan yang ada di sisi kita menjadi suatu hal yang baik untuk kita. Dengan begitu kita akan mendapatkan suatu hal yang berguna dari lingkungan tersebut.
Yang kedua adalah pahami dari setiap pengalaman. Pengalaman adalah suatu pembelajaran kita yang sangat berharga. Pengalaman adalah guru yang baik untuk kita. Pengalaman menjadi suatu pembelajaran yang baik untuk kita asalkan kita dapat memaksimalkan pengalaman menjadi suatu proses untuk mendapatkan hal yang baik di depannya nanti.
Yang ketiga adalah membangun kreatfitas. Dalam dunia international dan global saat ini sangatlah dibutuhkan kreatifitas setiap individu agar dapat bersang di masa depan. Untuk menjadi mahasiswa yang sukses ketiga hal ini saling berkaitan dan erat hubungannya. Janganlah berputus asa karena tuhan tidak akan diam saja jika kita telah bekerja keras.
Setiap manusia haruslah unik. Setiap manusia haruslah memiliki cirri khas yang membedakan setiap individu dengan individu lainnya dengan begitu manusia tersebut bisa menjadi sukses dengan konteks dalam dirinya masing-masing. Suatu Motivasi sangatlah penting untuk kita. Kita harus rajin memotivasi diri kita agar kita bisa mendapat hasil yang baik dan berguna untuk kita.

Jumat, 11 Februari 2011

SemangaD ValentinE . . . .

Tanggal 14 Februari  biasanya dirayakan oleh kaula muda kristiani di seluruh dunia sebagai hari Valentine (hari kasih sayang). Dengan berlabelkan cinta, hari kasih sayang (Valentine’s Day) semakin membudaya di dunia termasuk Indonesia.
                Beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa Valentine’s Day berasal dari seorang yang bernama Saint (Santo) Valentine orang yang dianggap suci oleh kalangan kristen. Menyebutkan bahwa St. Valentine (200 M-270 M) mengabdikan dirinya sebagai Bishop (pendeta) di Roma pada masa pemerintahan kaisar Claudius II. Kaisar Claudius II kemudian memenjarakannya karena dia menentang kaisar. Penentangan ini bermula pada saat kaisar berambisi untuk membentuk tentara dalam jumlah yang besar, dia berharap semua kaum laki-laki bergabung secara suka rela untuk menjadi tentara. Namun banyak yang tidak mau untuk terjun ke medan perang, karena tidak mau meninggalkan sanak familinya.
                Peristiwa ini membuat kaisar naik pitam, kemudian ia mengagas “ide gila”. Dia berasumsi bahwa jika laki-laki tidak menikah, maka mereka dengan tidak berat hati akan bergabung menjadi tentara, sehingga ia melarang setiap laki-laki untuk menikah. Kalangan remaja menganggap bahwa ini adalah hukum biadab, St. Valentine juga tidak mendukung ide gila ini. Sebagai pendeta ia bertugas menikahkan laki-laki dan perempuan, bahkan setelah pemberlakuan hukum oleh kaisar dia tetap melakukan tugasnya ini secara rahasia. Perkawinan secara diam-diam inilah yang menyeret dirinya ke dalam penjara dan akhirnya dijatuhi hukuman mati dengan cara dipenggal lehernya di Palentine Hill (Bukit Palentine) dekat Altar Juno.
                Walaupun demikian dia selalu bersikap ceria sehingga membuat beberapa orang simpati dan datang menemuinya di dalam penjara. Mereka menaburkan bunga dan catatan-catatan kecil di jendela penjara. Mereka ingin dia tahu bahwa mereka juga percaya tentang cintanya, termasuk diantaranya adalah seorang sipir penjara. Di saat menjelang kematiannya, dia menulis catatan kecil yang berbunyi “Love From Your Valentine”, dan pada tahun 496 M Paus Gelasius menseting tanggal 14 Februari sebagai tanggal penghormatan buat Saint Valentine. Akhirnya secara gradual 14 Februari menjadi tanggal saling tukar menukar pesan kasih dan Saint Valentine menjadi patron dari para penabur kasih tersebut.
                Saat ini banyak para ABG muslim (baik laki-laki maupun wanita) terkena penyakit ikut-ikutan (taqlid) pada budaya barat atau nasrani, termasuk pula dalam hal perayaan hari Valentine, yang pada dasarnya adalah mengenang kembali pendeta St. Valentine dan merupakan salah satu dari sekian macam hari raya kaum nasrani. Padahal sebagian agama pamungkas, Islam telah melakukan beberapa koreksi terhadap berbagai penyelewengan yang terjadi dalam agama Kristen dan agama Yahudi. Islam mengharuskan pemeluknya untuk membentengi diri dari semua budaya yang datang dari luar. Kaum muslimin harus memiliki budaya dan identitas sendiri yang bersumber pada norma dan ajaran agamanya.
                Setelah mengetahui bahwa Valentine’s Day sama sekali tidak memiliki kaitan sejarah dengan islam, maka menjadi tugas semua remaja islam untuk menghindari dan tidak ikutan dalam sebuah budaya yang tidak bersumber dari ajarannya. Ada satu hadist yang sangat terkenal yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia menjadi bagian dari mereka” (HR. Abu Dawud)
                Mufti Arab Saudi Syekh Abdul Azis Al Syeikh dan juga Dahlan Basri Ath Thahiri (Ketua Ikutan Masjid Indonesia Pusat) memberikan fatwa yang tegas tentang keharaman mmenikuti atau menyelenggarakan acara Valentine’s Day dalam bentuk apapun juga demi menjaga kemurnian akidah. Bahkan Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan: “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir telah disepakati keharamannya oleh para ulama”.
                Sumber asas Valentine’s Day jelas-jelas berdasarkan kepada pesta jamuan “Supercalis” bangsa Romawi kuno, dimana setelah mereka masuk agama Kristen lalu dirubah menjadi “acara keagamaan” yang dikaitkan dengan kematian St. Valentine. Padahal Islam melarang umatnya untuk meniru atau mengikuti keagamaan mereka (QS. 2: 120). Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari golongan mereka”. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Hibban)
                Tujuan mengungkapkan rasa kasih saying di persada bumi adalah baik, tetapi bukan untuk satu menit, sehari atau setahun, dan bukan pula kita harus berkiblat kepada Valentine seolah-olah meninggikan ajaran lain diatas ajaran Islam. Syariat Islam memerintahkan umatnya untuk berkasih saying dan menjalin persaudaraan yang abadi di bawah naungan Allah swt yang maha pengasih dan penyayang. Bahkan Rasulullah saw bersabda: “ Tidak (sempurna) iman salah seorang diantara kamu sekalian sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. Apalagi Valentine’s Day seringkali dirayakan karena trend-nya dan bukan maknanya, sehingga kasih sayangpun diartikan hanya dengan bercinta-cintaan sepasang kekasih.
                Secara operasional biasanya Valentine’s Day diadakan dalam bentuk pesta pora dan hura-hura, ikhtilat (pencampuran) lawan jenis yang bukan mahramnya dan berbagai bentuk perbuatan yang dilarang oleh Islam.